Berbagi Praktik Baik TEACHING AT THE RIHGT LEVEL DENGAN ASSURE UNTUK SISWA INKLUSIF (TASI) : PEMANFAATAN AKUN BELAJAR.ID PADA KURIKULUM MERDEKA BAGI SISWA INKLUSIF dilakukan di webinar rutin Komunitas Smanda Belajar. Kegiatan ini diikuti oleh guru SMAN 2 Ogan Komering Ulu dan guru di lingkungan sekitar.
Sekolah merupakan sarana dimana siswa berkumpul untuk belajar dan memperoleh pendidikan termasuk siswa inklusif. Pendidikan inklusif memiliki tujuan untuk memastikan bahwa setiap siswa termasuk siswa inklusif mendapatkan kesempatan belajar yang sama. Hal ini harus diakomodir dalam kurikulum sekolah. Implementasi Kurikulum Merdeka sudah dilaksanakan di SMAN 2 Ogan Komering Ulu. Kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang berpusat pada siswa (student centered learning). Paradigma ini menekankan pada pengembangan kompetensi dan karakter siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila. Dalam konteks kurikulum Merdeka, diperlukan pendekatan yang tepat agar semua kebutuhan siswa terakomodir.
Saya mengajar kimia di kelas X. Kurikulum Merdeka mulai diterapkan pada kelas X. Ini merupakan tantangan tersendiri. Karena selain mata pelajaran Kimia kurang diminati, saya juga mendapatkan siswa inklusif. Menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2023 siswa inklusif adalah peserta didik yang memiliki kelainan fisik, inteletual, sosial, emosional, dan/atau bahasa yang dapat mengalami hambatan dalam proses pembelajaran. Saya mendapatkan siswa inklusif bernama Galang dengan kesulitan belajar sehingga membutuhkan penyesuaian terhadap media dan tujuan pembelajaran. Saya harus menghadirkan pembelajaran berdiferensiasi untuk mengakomodir kebutuhan semua siswa termasuk Galang.
Teaching at the Right Level (TaRL) menurut Asaad dkk, 2024 merupakan salah satu solusi untuk mengatasi kesenjangan pemahaman yang terjadi di kelas. Pada kelas yang terdapat siswa inklusif kesenjangan ini menjadi suatu yang tidak terbantahkan. Tetapi hal ini harus tetap diakomodir agar kebutuhan siswa bisa terpenuhi. TaRL adalah pendekatan belajar berdasarkan kemampuan siswa bukan pada jenjang kelas. Hal ini sesuai untuk diterapkan pada siswa inklusif. Selain itu hal lainnya yang perlu perhatian untuk pembelajaran dengan siswa inklusif adalah pemilihan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran harus bisa mengakomodir hambatan belajar yang dimiliki siswa. Sehingga siswa menjadi lebih mudah untuk mencapai tujuan belajarnya.
Menurut Pradono (2021) pengembangan media pembelajaran menggunakan langkah ASSURE memberikan hasil yang baik bagi siswa inklusif. ASSURE merupakan desain instruksional dikembangkan oleh Robert Heinich, Michael Molenda dan James D. Russell. Desain ini mengintegrasikan teknologi dan multimedia dalam rangka meningkatkan lingkungan belajar dari sudut pandang konstruktivis (Maghdalena, dkk. 2023). Pada praktik baik ini, saya menggunakan Teaching at the right level dengan Assure untuk Siswa Inklusif (TASI) dengan memanfaatkan Akun belajar.id pada kurikulum Merdeka.
Mengatasi tantangan yang ada saya mempelajari mengenai kurikulum merdeka dan siswa inklusif melalui Platform Merdeka Mengajar (PMM). Saya login menggunakan akun belajar.id. Disana saya banyak mendapatkan informasi, inspirasi apa yang harus saya lakukan. Mengikuti pelatihan mandiri mengenai kurikulum merdeka dan pendidikan inklusif.
Setelah berselancar di PMM, saya mendapatkan pemahaman bahwa kurikulum merdeka itu menggunakan pendekatan Teaching at the Right Level (TaRL). TaRL merupakan pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk memastikan bahwa siswa memahami dan menguasai konsep-konsep dasar sebelum melanjutkan ke tingkat konsep yang lebih rumit. Maka untuk itu saya harus melakukan asesmen awal untuk menngetahui kemampuan awal siswa termasuk siswa inklusif. Pada proses ini saya menggunakan google form untuk asesmen awal. Khusus untuk siswa inklusif saya menambahkan identifikasi dalam bentuk wawancara untuk mengetahui lebih dalam hambatan belajar yang dihadapi dan media ajar yang tepat.
Selanjutnya membuat Program Pembelajaran Individual (PPI) bagi Galang. Dalam membuat PPI dan modul ajar saya harus memperhatikan karakteristik dan kemampuan peserta didik, memilih media ajar yang tepat, menggunakan kosakata yang sesuai untuk Galang, menunjukkan informasi dalam cara yang sesuai dan memastikan semua peserta didik terlibat dan tertarik untuk belajar. Selain galang ada siswa lain yang juga harus saya perhatikan. Sehingga media yang saya buat harus mengakomodir seluruh kebutuhan siswa. Hal ini harus sesuai dengan prinsip desain universal untuk pembelajaran.
ASSURE yang dilakukan terdiri dari enam tahapan yaitu
1. Analyze (Menganalisis)
Dalam tahap ini, saya melakukan analisis lebih lanjut terhadap data hasil tes dan mengidentifikasi pola kesulitan yang dialami siswa inklusif. Di tahap ini saya melakukan pemahaman mendalam tentang kebutuhan individual siswa sehingga memungkinkan untuk penyesuaikan pendekatan pengajaran secara efektif.
2. State objectives (Merumuskan Tujuan)
Merumuskan tujuan pembelajaran yang spesifik yang sesuai untuk siswa inklusif. Tujuan untuk siswa inklusif berbeda dengan siswa lainnya sesuai dengan hambatan belajar yang dialami.
3. Select/modify/design materials (Mensintesis)
Saya memilih/memodifikasi/merancang media dan metode pembelajaran yang akan digunakan. Disini tingkat kemampuan, kebutuhan khusus dan minat siswa menjadi bahan pertimbangan utama dalam memilih media dan metode yang akan digunakan. Proses ini bertujuan untuk menciptakan pembelajaran yang menarik dan bermakna. Hasil dari proses ini digunakan akun belajar.id dan manfaatkan GWfE. Dibuat Google Site, Canva untuk LKPD dan Kartu unsur, Google Form untuk asesmen, Youtube untuk video, dan Google Drive sebagai media penyimpanan, serta Jamboard sebagai media untuk refleksi. Metode pembelajaran digunakan Flipped Classroom.
4. Utilize materials (Memanfaatkan)
Menggunakan metode dan media pembelajaran yang sudah dirancang pada proses pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran yang digunakan adalah Flipped Classroom dengan sintak
- Pembuatan Materi Pembelajaran: Guru membuat materi pembelajaran seperti video, presentasi, bahan bacaan, LKPD, Asesmen yang dapat diakses oleh siswa melalui Google Site. Lalu membagikan link Google Site pada grup kelas. Google Site klik disini
- Pemahaman Awal di Rumah: Siswa mempelajari materi yang telah dibagi di rumah sebelum sesi kelas.
- Diskusi dan Pemahaman Mendalam di Kelas: Waktu di kelas digunakan untuk diskusi, menjawab pertanyaan, mengerjakan LKPD, dan kegiatan interaktif yang memperdalam pemahaman siswa tentang materi.
- Bimbingan Guru: Guru memberikan bimbingan, membantu siswa memahami konsep yang sulit, dan memberikan umpan balik terhadap tugas-tugas yang diselesaikan siswa.
5. Require learner response (Melibatkan Siswa)
Pada tahap ini saya mendorong siswa inklusif untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Beberapa hal yang saya dilakukan untuk mendorong partisipasi siswa inklusif adalah:
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyampaikan pendapat
- Memberikan tugas yang sesuai dengan kemampuan siswa
Sehingga pada tahapan ini siswa inklusif merasa sama dan diperlakukan tidak berbeda. Merasa diterima dan berarti bagi kelas. Disini indikator kualitas hidup siswa di sekolah yaitu to live (tumbuh berkembang sesuai dengan bakat dan potensi), to love (menerima pembelajaran yang membahagiakan) dan to play dan mendapatkan pendidikan dan pengembangan diri sesuai kodratnya) terpenuhi.
6. Evaluate (Mengevaluasi)
Hasil pembelajaran siswa dan siswa inklusif dievaluasi dengan teliti untuk menilai apakah tujuan pembelajaran tercapai. Peninjauan hasil evaluasi ini membantu saya mengevaluasi efektivitas metode pengajaran, media dan memperbaiki pendekatan mereka.
Setelah melakukan praktik baik ini saya melakukan sosialisasi kepada rekan-rekan guru yang lain mengenai praktik baik yang saya lakukan. Agar rekan guru yang lain mengenetahui mengenai penanganan siswa inklusif dan proses pembelajaran di kelas. Hasil dari praktik baik yang saya lakukan pada siswa inklusif memberikan hasil yang memuaskan. Secara klasikal siswa mampu mencapai kriteria ketuntasan tujuan pembelajaran yang ditentukan. Secara khusus untuk Galang siswa inklusif di kelas juga mencapai kriteria ketuntasan tujuan pembelajaran yang dibuat khusus untuk Galang.
Setelah melakukan proses pembelajaran ini, hasil belajar Galang berada pada posisi cakap untuk Kriteria Ketuntangan Tujuan Pembelajaran yang dibuat khusus untuk Galang. Dia sudah mempu menuliskn lambang unsur dua huruf dan membacanya. Nilai yang diperolehnya adalah 80 sehingga Galang tidak perlu dilakukan kegiatan pengulangan materi dan bisa lanjut ke tujuan pembelajaran berikutnya. Perubahan lainnya adalah Galang menjadi lebih bersemangat dan antusias terhadap pelajaran kimia. Galang menyukai media yang saya buat. Selain melalui google site, LKPD untuk Galangsaya cetak dan potong-potong menjadi kartu unsur untuk dipelajari pada bimbingan individu. Warna-warni pada kartu unsur yang saya buat menggunakan Canva menarik perhatian Galang. Keinginan untuk bertanya lebih tinggi dibanding pertemuan sebelumnya tanpa media kartu. Galang menjadi lebih fokus untuk melakukan proses pembelajaran. Disisi lain Galang merasa diperlakukan sama dengan rekan sekelasnya. LKPD dan Materi ajar di share pada google site yang sama.
Hal ini senada dengan hasil penelitin dari Mihai, dkk, 2018 yang menyatakaan bahwa pengalaman disabilitas pada anak-anak berkebutuhan khusus adalah pengalaman yang pribadi dan unik bagi masing-masing anak. Anak-anak dengan berkebutuhan khusus cenderung menyesuaikan diri dengan cara yang memungkinkan mereka untuk meningkatkan kualitas hidup mereka meskipun mengalami tantangan aksesibilitas dan kegagalan. Dengan kata lain, anak-anak ini menemukan cara untuk mengatasi hambatan dan memperbaiki kualitas hidup mereka meskipun adanya kendala dan keterbatasan.
Setelah sesi sosialisasi dengan rekan di sekolah, hasilnya menunjukkan hasil yang baik. Beberapa rekan sebelumnya merasa kesulitan untuk menghadapi Galang. Setelah mengetahui apa yang saya lakukan rekan-rekan menjadi lebih memahami bagaimana proses pembelajarann yang seharusnya dilakukan untuk Galang.
Pada proses pembelajaran saya fokus pada kebutuhan belajar, tingkat pemahaman dan apa tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kemampuan Galang sesuai dengan pendekatan (TaRL). Begitu juga saat memilih media yang tepat dengan desain intruksional ASSURE. Media yang dipilih juga disesuaikan dengan kodrat zaman sehingga mengintegrasikan teknologi. Pemanfaatan akun belajar.id dengan GWfE yaitu Google site, Youtube, Google Form, Jamboard, Google Drive, serta Canva for Education. Sehingga proses pembelajaran menjadi sesuai dengan kebutuhan Galang lengkap dengan kodrat alam dan zaman. Hingga akhirnya indikator hidup untuk Galang terpenuhi to love, to live, to play, to work.
SUMBER LITERATUR
As’ad, M. C., Sulistyarsi, A., & Sukirmawati, J. (2024). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan Pendekatan Teaching at the Right Level (TaRL) dalam Meningkatkan Hasil Belajar kognitif Siswa kelas X pada Materi Inovasi Teknologi Biologi SMA. EduInovasi: Journal of Basic Educational Studies, 4(1), 76-85. DOI: 47467/eduinovasi.v4.i1.4366
Magdalena, I., Nuraulia, D., & Kamilatun, N. A. (2023). Implementasi Model ASSURE dalam Pengembangan Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia Kelas 3 SD Negeri Sukasari 5 Kota Tangerang. Jurnal Pendidikan: SEROJA, 1(1)
Mihai, S. I., Mane, K. H., & Kachhap, S. (2018). Disability & Quality of Life of Children with Special Needs: An Interpretative Phenomenological Analysis. European Journal of Special Education Research, 3(4).
Pradono, T. G. (2021). Pengembangan Media Lembar Kerja IPA untuk Pembelajaran Daring Siswa Inklusi Melalui Langkah ASSURE di SMPN 3 Probolinggo. Jurnal Ilmiah Pro Guru, 7(4), 384.
Dokumentsi berbagi di Komunitas Smanda Belajar
Daftar Hadir Kegiatan Berbagi
Post a Comment