Video narasi pengalaman pribadi dalam merancang dan mengimplementasikan model pembelajaran inovatif berbasis TIK yang berpusat pada murid dan bersifat kolaboratif dengan memanfaatkan Platform Teknologi. Juga memuat dokumentasi berbagi praktik baik implementasi inovasi pembelajaran yang dilakukan secara tatap maya dan atau tatap muka.
“Menguatkan Ekosistem Digital Pendidikan dengan Berkarya dan Berbagi untuk Wujudkan Merdeka Belajar”.
#BLPTKemendikbudristek #MerdekaBelajar #PembaTIK2023 #SahabatTeknologiKemendikbudristek #PlatformMerdekaMengajar
Projek Kearifan Lokal merupakan salah satu dati 3 tema yang dipilih pada fase E Kurikulum Merdeka di SMAN 2 OKU. Pada pelaksanaannya murid diarahkan untuk melakukan serangkaian kegiatan agar dimensi dari Profil Pelajar Pancasila dapat berkembang sesuai harapan. Seperti salah satunya Dimensi bernalar kritis. Murid diharapkan dapat mengidentifikasi, menganalisis dan mengolah informasi dan gagasan. Sehingga diharapkan pada akhir fase murid dapat secara kritis mengidentfikasi serta menganalisis gagasan serta informasi yang kompleks dan abstrak dari berbagai sumber. Memprioritaskan suatu gagasan yang paling relevan dari hasil klarifikasi dan analisis.
Untuk itu pada pelaksanaannya murid memerlukan kegiatan dimana dirinya dapat mengidentifikasi dan menganalisis kearifan lokal yang ada. Peta Budaya merupakan salah satu fitur pendukung dari portal Rumah Belajar yang digunakan dalam mendukung kegiatan murid pada bagian ini. Pada Peta Budaya murid bisa menemukan berbagai budaya di Indonesia dan ragam keunikan lainnya. Sehingga murid dapat mengidentifikasi dan menganalisis berbagai ragam kearifan lokal yang ada. Hasil ini dikombinasi dengan wawancara terhadap rekan sebaya, kakak kelas dan para guru terkait kearifan lokal masing-masing akan didapatkan suatu informasi yang lengkap. Hingga akhirnya setelah proses tersebut dilakukan murid dapat memprioritaskan suatu gagasan.
Setelah mendapatkan suatu gagasan untuk ditindaklanjuti dan dianalisis sehingga murid mendapatkan suatu karya untuk dipresentasikan. Kumpulan karya murid dilaporkan dalam format portofolio digital sehingga hal ini akan menjadi lebih dekat dengan teknologi. Upaya ini diwujudkan dalam rangka membentuk ekosistem digital di sekolah.
Silahkan klik link berikut untuk memberikan umpan balik karya saya di PMM https://guru.kemdikbud.go.id/bukti-karya/video/143449. Untuk proses kegiatan projek kearifan lokal dan pameran karya bisa disimak pada video berikut.
Mengajar Pakai Teknologi? Gimana Bisa? Sinyal Aja Ga Ada?
Situ enak sekolahnya fasilitas lengkap, sinyal kenceng. Lha saya?
Di tempat kami tidak ada sinyal, jadi ga bisa pakai aplikasi seperti yang lain?
Saya sudah nyaman mengajar seperti ini, anak-anak juga tidak masalah. Kenapa harus repot-repot?
Kalimat-kalimat diatas sering kali saya jumpai saat saya mengajar rekan-rekan guru mengajar menggunakan teknologi. Atau istilah saya "MARI MENGETIK" Mari Mengajar Terintegrasi TIK. Penolakan, rasa putus asa, terkesan tidak perduli dengan apa itu teknologi dan penerapannya dalam proses pembelajaran di kelas. Padahal sejatinya teknologi akan membantu kita dalam proses pembelajaran, akan lebih efektif dan efisien.
Menurut Profesor Richardus Eko Indrajit, guru yang berhenti belajar pada hakikatnya telah berhenti menjadi guru. Karena sejatinya guru adalah pembelajar sepanjang hayat. Tentu pernyataan ini adalah suatu hal yang menohok atas profesi kita sebagai seorang guru. Dimana kita harus selalu belajar dan belajar sepanjang hayat. Mempelajari perkembangan inovasi baru dalam pembelajaran di kelas termasuk didalamnya teknologi. Bagaimanapun peran guru tidak akan bisa dan pernah tergantikan oleh teknologi sampai kapanpun. Mengapa? karena teknologi tidak bisa memberikan inovasi, aspirasi, inspirasi, sosok figur yang akan dikenal oleh sang murid. Tetapi apabila guru tidak memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran maka hanya tinggal menungu waktu dia akan tergantikan.
Mengatasi masalah ketiadaan sinyal dan fasilitas yang ada, ini adalah tantangan yang harus ditaklukkan. Sebagai seorang guru kita harus bisa menaklukkan tantangan itu. Saat tatap muka terbatas dimulai, salah satu kelas yang saya ajar, sebagian besar murid bertempat tinggal di daerah yang sulit sinyal walau mereka mempunyai ponsel pintar. Untuk akses internet harus mencari ketempat yang jauh atau memanjat pohon yang tinggi. Konsidi ini harus diatasi agar siswa bisa belajar dengan nyaman.
Saya menyiapkan Multimedia Pembelajaran Interaktif (MPI) agar siswa bisa membukanya dirumah berulang kali tanpa hawatir kualitas sinyal. Saat murid jadwal datang tatap muka di sekolah, maka saat itulah saya membagikan MPI melalui bloothoth, atau share it agarmurid bisa mengunduh MPI dalam bentuk apk tanpa harus menggunakan internet. Pada akhirnya murid bisa membuka ulang dirumah untuk dipelajari dan dipahami. Murid senang, pekerjaan guru menjadi ringan, teknologi selalu membantu menyelesaikan tantangan.
Jalan-jalan kepasar batik
Jangan lupa membeli bakpia pathuk
Tahun ini berlayar di Pembatik
Mengajak rekan Mari MengeTIK
Peta Budaya merupakan salah satu fitur dalam platform Rumah Belajar. Pada pelaksanaan projek kearifan lokal, peta budaya merupakan salah satu alternatif yang dapat digunakan sebagai kegiatan siswa. Pada pelaksanaan projek guru diminta untuk membuat modul projek yang berisi aktifitas yang harus dilakukan siswa. Berbeda dengan modul ajar dalam modul projek harus memuat beberapa tahap yaitu
Fitur Peta Budaya menyajikan berbagai macam kebudayaan dan sejarah dari kearifan lokal yang ada di Indonesia. Begitu juga dengan adat istiadat, dan permainan tradisional yang ada. Ada pula informasi mengenai museum yang bisa jadi tidak terdapat di daerah tinggal siswa.
Setelah siswa menggali identitas diri dan sosial serta menemukan tantangan yang ditemui dari segi kearifan lokal baru bisa melangkah ke tahap selanjutnya yaitu bayangkan. Harapannya setelah menelusuri fitur Peta Budaya siswa bisa mendapat gambaran apa yang harusnya mereka lakukan setelah menemukan tantangan yang ada.
Setelah siswa selesai hingga tahap akhir dari modul projek yaitu tahap bagikan, maka siswa dituntut untuk mampu menunjukkan apa yang diperolehnya setelah melakukan kegiatan projek. Pada tahap ini siswa diminta membuat Portofolio Digital sebagai salah satu bekal agar siswa memiliki kecakapan digital dan dapat diaplikasikan dalam kebidupan bermasyarakat kelak. Penggunaan Portofolio Digital juga dalam rangka perwujudan ekosistem digital sekolah. Protofolio Digital yang dibuat siswa dalam bentuk google site yang memuat seluruh aktifitas siswa selama mengikuti Projek. Link Portofolio Digital Siswa juga bisa dilihat dengan klik disini.
Praktik baik ini dibagikan dalam webinar Komunitas Belajar.id Sumatra Selatan "Praktik Baik Pemanfaatan Rumah Belajar" yang bisa disimak dalam video dibawah. Webinar ini merupakan kolaborasi dengan Sahabat Rumah Belajar Sumatra Selatan tahun 2022 yang terdiri dari Rani Nawang Sari, Febri Sulih Pambudi, Randy Oktari, dan Syari Hasniati. Masing-masing membawakan praktik baik yang sudah dilakukan. Selain saya Rani Nawang Sari dengan praktik baik Pemanfaatan Peta Budaya dalam Projek Kearifan Lokal, juga ada Febri Sulih Pambudi dengan judul Sumber Belajar Mempermudah Pemahaman Pembelajaran Kimia. Randy Oktari menyampaikan Pemanfaatan Fitur Rumah Belajar Edugame untuk Pembelajaran yang Menyenangkan. dan Syari Hasniati berbaci cara Mengembangkan Bernalar Kritis dengan Bermain Augmented Reality Rumah Belajar. Kegiatan ini dibuka oleh Kepala Balai Guru Penggerak ibu Ohorella Erma dan Pembicara Tamu Bapak Wahyu Hidayat sebagai Duta Rumah Belajar 2021.
Salah satu upaya dalam mewujudkan ekosistem digital disekolah adalah menggunakan bank data yang dikemas secara mudah akses dalam microsite. Seperti diketahui bahwa ditiap sekolah terdapat Tenaga Administrasi Sekolah yang mengurusi seluruh keperluan administrasi dan pengarsipan berkas. Baik itu data kepegawaian, data kesiswaan hingga penilaian dan dokumentasi kegiatan sekolah. Selain untuk memudahkan dalam pencarian ketika dibutuhkan hal ini juga bermanfaat untuk akreditasi sekolah.
Tumpukan berkas di kantor merupakan pemandangan yang umum ditemui dibanyak sekolah. Manajemen arsip yang berantakan seringkali menunda dan menghambat pekerjaan sebagian guru. Sebagai bagian dari ekosistem sekolah hal ini berimbas kepada warga sekolah pada umumya dan siswa pada khususnya. Saat siswa membutuhkan rekap nilai, data ijazah, dan lainnya akan terhambat jika menataan berkas dan data tidak rapi dan sulit diakses. Salah satu solusi yang dapat digunakan adalah menyimpan seluruh data secara digital.
Langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengumpulkan dan memilah berkas menjadi kelompok data. Kelompok data terbagi menjadi Kepegawaian, Kesiswaan dan Kurikulum (penilaian). Kelompok Kepegawaian berisi seluruh data guru dari SK, Berkala, Surat Tugas, Kartu Keluarga, Akta Kelahiran, dan data kepegawaian lainnya. Untuk Kesiswaan berisi foto siswa, foto kegiatan siswa, daftar absen kelas, data siswa (alamat, data orang tua, Ijazah) dan data sejenis lainnya. Sedangkan untuk Kurikulum atau penilaian berisi perangkat mengajar guru, leger siswa, dokumen supervisi, backup rapot siswa.
Seluruh berkas hardcopy diubah kebentuk softcopy untuk diunggah ke drive bersama. Dalam Drive dibuat folder sesuai kelompok data. Masing-masing folder kemudian disalin linknya dan dimasukkan dalam microsite. Pemilihan microblog karena mudah dalam akses dan simpel dalam penggunaan serta lebih kekinian dan familiar bagi Tenaga Administrasi Sekolah.
Untuk akses pengunjung dibatasi hanya orang-orang tertentu yang bisa mengakses seperti Tenaga Administrasi Sekolah, Kepala Sekolah dan Wakil Kepala Sekolah yang bisa mengakses untuk menghindari penyalahgunaan data.